Analisis Puisi
Jika
1
jika tiba waktunya
Mekar bunga di laman
petiklah segera ia
sengaja aku menanam
untuk dipetik satu tangan.
tanganmu
jika selesai engkau memetik
dan tiada kau temu aku
bukan. bukan berarti aku
tiada
adaku aku menyayangimu
sekegar menyuguh mekar
tak hendak menyuguh layu
2
jika sampai ketika
berhenti waktu disatu titik
dan detak tak lagi detak
yang dulu
hanya sajak ini aku punya
kutulis diam-diam saat kau
tertawa dengan teman-temanmu
dan jiwaku tersenyum pula
diam-diam di meja paling ujung sendiri
tiada apa segala selain
wajahmu
selain menatap wajahmu dan
segala tingkahmu
tiada apa segala ingin
selain aku ada atau aku tiada
agar senang dan tenang
dirimu
tiada apa segala risau
selain gundah di sudut matamu
jika sampai ketika
berhenti waktu di satu titik
dan detak tak lagi detak
yang dulu
hanya sajak ini aku punya
Karya
: Alvi Puspita, Lahir di Desa Teratak-Kampar, Riau.
Dalam puisi yang berjudul “Jika” karya Alvi
Puspita terdapat gaya bahasa yang penulis kaji berdasarkan struktur kalimatnya.
Berdasarkan struktur kalimatnya, maka diperoleh gaya-gaya bahasa sebagai
berikut :
1. Klimaks
Klimak adalah semacam gaya bahasa yang mengandung
urutan-urutan pikiran yang setiap kali semakin meningkat kepentingannya dan
gagasan-gagasan sebelumnya.
2. Antiklimaks
Antiklimaks merupakan suatu acuan yang
gagasannya diurutkan dan yang terpenting berturut-turut ke gagasan yang kurang
penting.
3. Paralelisme
Paralelisme adalah semacam gaya bahasa yang
berusaha mencapai kesejajaran dalam pemakaian kata-kata yang menduduki fungsi
yang sama dalam bentuk gramatikal yang sama
4. Antitesis
Antitesis merupakan sebuah gaya bahasa yang
mengandung pertentangan, dengan mempergunakan kata-kata atau kelompok kata yang
berlawanan.
5. Repetisi
Repetisi adalah perulangan bunyi, suku kata,
kata, atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam
sebuah konteks yang sesuai. Repetisi terbagi beberapa bagian, yaitu :
A. Epizeuksis adalah reoetisi yang bersifat
langsung, kata yang dipentingkan diulang beberapa kali berturut-turut.
B. Tautotes adalah repetisi atas sebuah kata
berulang-ulang dalam sebuah konstruksi.
C. Anafora adalah repetisivyang berwujud
perulangan kata pertama pada tiap baris atau kalimat berikkutnya.
D. Epistrofa adalah repetisi yang berwujud
perulangan kata atau frasa pada akhir baris atau kalimat berurutan.
E. Simploke adalah repetisi pada awal dan akhir
beberapa baris atau kalimat berturut-turut.
F. Mesodiplosis adalah repetisi di tengah baria
atau beberapa kalimat berurutan.
G. Epanalepsis adalah pengulangan yang berwujud
kata terakhir dan baris, klausa, atau kalimat, mengulang kata pertama
H. Anadiplosis adalah kata atau frasa terakhir
dan suatu klausa atau kalimat menjadi kata atau frasa pertama dan klausa atau
kalimat berikutnya.
Dalam sajak puisi yang berbunyi
jika tiba waktunya
Mekar bunga di laman
petiklah segera ia
sengaja aku menanam
untuk dipetik satu tangan.
tanganmu
Mengandung gaya bahasa paralelisme, karena menduduki bentuk
kesejajaran berbentu anak kalimat yang bergantung pada sebuah induk kalimat
yang sama.
Dalam sajak puisi yang berbunyi
dan tiada kau temu aku
bukan. bukan berarti aku
tiada
adaku aku menyayangimu
Mengandung gaya bahasa repetisi tautotes, karena dalam sajak ini
terjadi pengulangan kata “aku” dalam sebuah konstruksi..
Dalam sajak yang berbunyi
kutulis diam-diam saat kau
tertawa dengan teman-temanmu
dan jiwaku tersenyum pula
diam-diam di meja paling ujung sendiri
Mengandung gaya bahasa repetisi mesodiplosis yang terdapat pada
kata “diam-diam”, yang merupakan kata yang diulang-ulang di tengah-tengah
kalimat.
Dalam sajak puisi yang berbunyi
selain menatap wajahmu dan
segala tingkahmu
tiada apa segala ingin
selain aku ada atau aku tiada
Mengandung gaya bahasa repetisi tautotes yang terdapat pada kata
“aku dan mu”.
Dalam sajak puisi yang berbunyi
jika sampai ketika
berhenti waktu di satu titik
dan detak tak lagi detak
yang dulu